Selasa, 16 Agustus 2011

Diskusi Sepintas


        Semilir  angin sore membuat ku hanyut dalam lamunan dengan kursi reyot yang setia menemani, ku hingga beranjak dewasa . Hempasan angin seakan akan membawaku terbang ke negeri awan. Jilbab hijau muda yang terurai menutupi aurat ku laksana ombak di launtan.Di sore hari ini aku merasakan kesejukan yang maha dahyat dari sang Illahi.Betapa besar keagungan yang Dia berikan dan kami rasakan, demi kebahagia an yang tiada terkira, namun terkadang manusia selalu menyalah gunakan keagungan yang di berikanNya kepada kita. Apakah kebesaran Mu ini akan tetap terlihat ??? Ternyata kehendak Mu berkata lain.Darat ,laut, udara, yang Kou titipkan untuk kebahagiaan kami, seakan akan di porak porandakan oleh perilaku keserakahan kami. Kebesaran yang telah Kou tampakkan di setiap sudut bumi ini, kini  sedikit  demi sedikit hilang dimakan kebiadaban manusia. Kou adalah Dzat yang Maha Melihat, ketika bumi ini di kuras oleh nafsu manusia, Kou turunkan adzab yang tiada terkira, adzab yang membuat bumi ini penuh dengan isak tangis kesedihan. Namun apa yang harus kami perbuat setelah adzab Mu telah turun ke bumi ini,kecuali dengan memohon ampun atas segala kehilafan yang telah kami perbuat selama ini, kami tak bisa berpaling dari adzab mu Ya Rabbi. Darat, dan lautan yang dulu kami kuras habis seenaknya,Kou kembalikan apa yang kami ambil dengan musibah yang membuat kami tak berdaya menghadapinya.
 Seketka aku berhenti berucap ketika mendengar suara ketukan pintu.
“Assalamu’alaikum….”suara itu membuat ku tersentak dari lamunan kehidupan yang semakin mencekam yang sedang ku alami saat ini.”Wa’alaikum salam”,lekas aku membuka pintu rumah.Ternyata yang datang adalah saudara ku yang bernama Adelina,dia sesosok perempuan yang mudah berubah sikap apabila dia dekat dengan seseorang entah itu teman yang baik atau yang buruk  ,tapi disisi itu, dia  mempunyai rasa percaya diri yang kuat yang dia  tanamkan dalam dirinya. Lekas ia masuk dan duduk di ruang tengah.
“eh, Qanita…tahu gak,??? kabarnya.. tahun 2012, kiamat  akan datang !!!,bukannya kiamat itu tidak di ketahui siapapun kecuali Allah .” Dia mengawali pembicaraan.
“Kamu memang benar, tapi bukan berarti berita itu suatu kepastian bahwa kiamat akan datang di tahun 2012. Bisa saja kiamat itu terjadi hari esok del…”
“Berarti , berita itu hanya mengada- ada? tapi jika berita itu memang benar apakah kamu percaya ???”
“Kita belum tahu pasti apakah berita itu benar atau tidak. Kalau masalah percaya atau tidak itu jangan di persoalkan, kita jadikan saja berita kiamat akan datang tahun 2012 itu sebuah patokan agar kita menjadi lebih baik lagi dalam hal mendekatkan diri kepada Allah.”
“Emp… kamu benar juga ! tapi apakah kamu sudah merasa dekat dengan Allah”
“Jujur aku belum dekat dengan-Nya, tapi apa salahnya ikhtiar,seperti halnya kita sholat apakah sholat kita pasti di terima oleh Allah??? belum tentukan !!!. Oleh karena itu kita terus saja berusaha agar kita menjadi hambaNya yang bertakwa. Del, jika kita tidak merasa dekat dengan Allah tidak mungkin Allah selalu menolong kita disaat musibah menimpa diri kita . Kamu terus saja berkhtiar …”
      Setelah mendengar penjelasan ku, Adelina memalingkan pembicaraan.“eh…boleh aku bertanya sesuatu gak ? Ya …mungkin ini tidak ada hubungannya dengan pembicaraan tadi, tapi lebih ke sifat pribadi  , aku ingin kamu menjawab dengan jujur , ya siapa tahu solusi kamu bagus. !!!”
“ya silahkan, jika memang itu harus ku jawab. ”jawabku singkat.
 “Sebenarnya…”
Tiba tiba ibu ku memanggil, dan pembicaraan ini terpotong. Tak lama kemudian aku kembali menghampiri adel, dan pembicaraan tadi pun  kami lanjutkan. Ternyata Adel menanyakan perihal perasaannya. Dalam hatinya ada cinta yang membuat dia tertunduk akan adanya cinta yang ia rasakan saat ini. Ladang cintanya yang kini ditanami oleh benih benih cinta dari sang ikhwan yang bernama Adelutfi ,apa yang harus ku lakukan,sedangkan dia butuh pendapat ku. Aku sediri belum pernah merasakan cinta ,kecuali di hati ini hanya ada sesosok cinta dari sang Illahi dan keluarga ku yang selalu melekat dan tak ingin ku lepaskan. Memang pernah ada seseorang yang mengatakan suka padaku, dan hamper mengejar ngejar,namun aku menolaknya begitu saja. Aku pun tak bisa memberikan pendapat kepada saudara ku tentang cinta, mungkin nanti di saat cinta tumbuh bersemi di hatiku.Tapi aku pun tak ingin karna cinta aku dapat di tundukkan oleh dunia yang fana’ ini. Dan cinta yang hakiki hanya di miliki oleh Allah. Seperti halnya kita cinta kepada tanaman lama kelamaan akan mati,dan apabila cinta pada manusia ,lama kelamaan akan mati pula,namun cinta kepada Allah akan setia sampai mati. Bukan berarti disini aku melarang untuk mencintai lawan jenis,melainkan untuk mencintai Allah di samping kita mencintai seseorang.Dan jika kita tidak mampu menjadi habiballah,kita dapat mencintai seseorang yang cinta kepada Allah.
       Mendengar penjelasan ku Adelina diam sesaat,dan kini dia berfikir kembali untuk berpacaran,dan menimbangkan dengan kehidupan yang fana’ ini.Hanya satu pesan untuk saudara ku yang ku sayangi.”Kenalilah Allah di saat kamu senang,dekatilah Allah di saat kamu sedih maka kesedihan itu akan sirna dengan kedekatan itu”.
Adelina pun menerima dengan baik pesan dari ku ,pesan yang sama aku terima dari seorang sahabat yang selalu menafakahi jiwa ku ,dan yang selalu membuat ku tentram di saat kata katanya berucap di telingaku.Kata kata itu selalu membuat mata ku  selalu ingin meneteskan air mata, air mata rasa takut dengan kata katanya yang menyentuh hati. Dan kini dia telah pergi menghadap sang Illahi.

               “Buatlah sesuatu kebaikan yang terus        hidup, walau pun kita telah mati”
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  
“Niswatul husna ‘indallah”
       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar